Seperti apakah kitab Artha
sastra itu?..Ringkasnya Arthasastra mengajarkan
berbagai ajaran kepemimpinan
yang berorientasi pada
kepentingan rakyat. Arthasastra
di tulis oleh Kauntilya atau
dikenal pula dengan nama Chanakya, sekitar tahun 250 SM. Kitab ini ditulis oleh Kauntilya
saat mana keadaan politik di
negeri India kacau, para pejabat/
bangsawan sibuk berpestapora,
negara tidak terurus, korupsi
merajalela di sana-sini, yang menjadi korban adalah rakyat,
rakyat dibebani berbagai macam
pajak dan iuran/pungutan yang
tidak perlu. Terlebih lagi India
saat itu mengalami ancaman
ekspedisi militer dari Kaisar Alexander Yang Agung raja
Yunani Sebagai seorang yang terpelajar,
cerdas dan perduli dengan
keadaan rakyat Kauntilya
memberikan kritik pada
kekuasaan saat itu, namun
penguasa saat itu menghinanya. Hal ini tidak menyurutkan
semangat dari Kauntilya untuk
memperjuangkan hak-hak
rakyat. Dia bertekad membangun
kekuatan rakyat untuk
meruntuhkan kekuasaan yang korup. Langkah awal yang diambilnya
adalah membangun kesadaran
rakyat terhadap negara, ini
dilakukannya dengan
berkeliling ke seluruh wilayah
India. Setelah kesadaran rakyat terhadap negara terbangun maka
beliau mengajarkan tentang
kekuasaan, merebut kekuasaan,
mempertahankan kekuasaan dan
memfungsikan kekuasaan
sebagai istrumen kesejahteraan sosial. Kauntilya mengajarkan
bagaimana menjatuhkan para
penguasa yang korup dengan
memanfaatkan Indria (nafsu),
yaitu dengan membiarkan
mereka terjebak dalam kubangan nafsu, sebaliknya kekuatan
rakyat digalang dengan
melakukan pengendalian Indria
(nafsu) seperti yang diajarkan
dalam Kitab suci Weda. Chanakya bersama rakyat
berhasil menjatuhkan penguasa
dengan menjebak para penguasa
pada kubangan nafsu (Indria)
mereka. Beliau menobatkan
muridnya Chandragupta menjadi Raja kerajaan saat itu.
Seorang pemuda dari rakyat
jelata, golongan sudra. Sejak itu
kerajaan dikuasai oleh rakyat
dan pemimpin yang mau
melayani rakyat. Kerajaan ini kemudian berkembang pesat
sehingga mampu menguasai
sebagian besar India selatan.
Kerajaan ini kemudian dikenal
dengan nam Kerajaan Asoka.
Kerajaan ini merupakan pusat perkembangan kebudayaan yang
berbasiskan rasionalitas yang
dirintis sejak Upanishad dan
Buddha sekitar tahun 600 SM. Raja Asoka generasi dari
Chandragupta, menghapuskan
deskriminasi sosial dan
mengumumkan penghapusan
segala tindak kekerasan untuk
mencapai tujuan apapun dalam wilayah kekuasaanya. Bagaimana dengan
Kekuasaan kini..? Para penguasa kini juga
menggunakan kekuatan Indria
untuk melemahkan kekuatan
rakyat, mereka biarkan budaya
konsumerisme melanda negeri
ini. Sehingga sebagian besar masyarakat terjebak dalam
budaya konsumerisme ini.
Mereka para penguasa menari
riang di atas penderitaan rakyat. Apakah pemimpin
terdahulu sadar akan hal
ini? Soekarno dan para pahlawan, sadar betul dengan
hal ini, Beliau menggunakan
kekuatan pengendalian Indria
juga untuk membangun
kekuatan dalam negeri ini,
dengan seruan BERDIKARI (Berdiri di kaki sendiri), tak
henti-hentinya beliau
menyemangati rakyat untuk
maju, mengusir penjajah dari
negeri tercinta ini. Karena hanya
masyarakat yang mandiri tidak kehilangan kedaulatannya,
mereka tidak lagi tergantung
dari negeri lain, sehingga tidak
ada satupun negara lain bisa
mendikte negeri tercinta ini. Mahatma Ghandi juga demikian,
dengan taktik Arthasastra,
memotivasi rakyatnya untuk
menahan diri, tidak
menggunakan produk luar,
dengan ajaran swades, ahimsa, hartal, mengusir penjajah
Inggris hingga India meraih
kemerdekaan Bagaimana dengan di Bali….? Para master (mpu) jaman
dahulu, juga sadar betul dengan
hal ini, beliau dengan
menggunakan taktik
Arthasastra pula membangun
kehidupan rakyat yang damai, makmur dan sejahtera. Mpu/Rsi
Markandeya membangun
organisasi SUBAK untuk
mengembangan perekonomian
melalui pertanian. Mpu kuturan
membangun organisasi DESA PEKRAMAN untuk membangun
kepribadian dan kebudayaan.