nitisastra2

Ajaran Kepemimpinan
 (Panca Shtiti
Dharmaning Prabhu) Panca Shtiti Dharmaning Prabhu. Ratusan tahun silam, Nusantara
ini pernah mengalami kejayaan,
disegani oleh negara-negara
tetangga, dihormati oleh setiap
pendatang. Negeri ini telah
mengalami peradaban yang sangat tinggi dalam ilmu
pengetahuan maupun
kebudayaan ini terbukti Cina
yang dijuluki sumber ilmu
pengetahuan, juga banyak
belajar di negeri kita. Hal ini bisa kita lihat di daerah Bangka dan
Belitung, dimana di masa silam
digunakan sebagai tempat
asrama mereka, sehingga wajah-
wajah orang bangka sangat dekat
dengan wajah Cina, kulit kuning, rambut lurus dan mata sipit.
Juga dari kisah yang diceritakan Itsing seorang pengembara dari negeri Cina tentang Nusantara. Tidakkah ada suatu peninggalan
yang bisa diwariskan kepada
kita, dalam bidang manajemen?
Kalo kita perhatikan dengan
seksama, ternyata pendahulu
kita cukup jeli dalam belajar, mereka tidak hanya terlena oleh
budaya dan peninggalan dari
luar namun tetep bangga dan
menggunakan produk dalam
negeri. Tengoklah Ki Hajar
Dewantara dengan ajaran: Ingarso Sung Tulodo, Ing Madyo
Mangun Karso, Tut Wuri
Handayani. Ajaran ini yang merupakan
warisan dari leluhur kita
sebenarnya merupakan bagian
dari ajaranPanca Sthiti Dharmaning Prabhu (Lima kewajiban sang Pemimpin)
dirumuskan oleh Raja Harjuna
Sasrabahu, yang terdiri dari : 1. Tut Wuri Handayani Maksudnya seorang
pemimpin senantiasa
memberikan dorongan,
motivasi dan kesempatan
bagi para Generasi
Mudanya atau anggotanya untuk
melangkah ke depan
tanpa ragu-ragu. 2. Ing Madya Mangun
Karsa Maksudnya seorang
pemimpin di tengah-
tengah masyarakatnya
senantiasa berkonsolidasi
memberikan bimbingan
dan mengambil keputusan dengan
musyawarah dan
mufakat yang
mengutamakan
kepentingan masyarakat. 3. Ing Ngarsa Sung
Tulada Maksudnya seorang
pemimpin sebagai
seorang yang terdepan
dan terpandang
senantiasa memberikan
panutan-panutan yang baik sehingga dapat
dijadikan suri tauladan
bagi masyarakatnya. 4. Sakti Tanpa Aji Maksudnya seorang
pemimpin tidaklah selalu
menggunakan kekuatan
atau kekuasaan di dalam
mengalahkan musuh-
musuh atau saingan politiknya. Namun
berusaha menggunakan
pendekatan pikiran
(Viveka), lobiing,
sehingga dapat
menyadarkan dan disegani pesaing-
pesaingnya. 5. Maju Tanpa Bala Maksudnya pemimpin
sebagai seorang ksatria
senantiasa berada
terdepan dalam
mengorbankan tenaga,
waktu, materi, pikiran, bahkan jiwanya
sekalipun untuk
kesejahteraan dan
kelangsungan hidup
masyarakat.